I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya
contoh, comotan atau mencomot yaitu mengambil sebagian saja dari yang banyak.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan yang banyak adalah populasi. Dalam suatu
penelitian, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi
karena akan memakan banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu
dilakukan pengambilan sampel, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang benar-benar
representasi atau yang mewakili seluruh populasi. Dalam suatu penelitian yang
menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel adalah memperhitungkan masalah
efisiensi ( waktu dan biaya) dan masalah ketelitian dimana penelitian dengan
pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian karena jika penelitian
terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti. Seorang peneliti
dalam suatu penelitian harus memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara
waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi ( tingkat
ketepatan ) yang akan diperoleh sebagai pertimbangan dalam menentukan metode
pengambilan sampel yang akan digunakan.
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin
dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmian
boleh dikatakan hampit selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari
hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap
sampel, tidak terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi ini mengandung
risiko bahwa
akan terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan, karena sampel tidak akan
mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Berbagai teknik penentuan sampel
itu pada hakikatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi
dari sampel ke populasi. Hal ini dapt dicapai kalau diperoleh sampel yang
representastif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya
B. Tujuan
Makalah ini dibuat
untuk memahami bagaimana suatu penelitian dapatr dilakukan dengan baik dan
benar.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sampel
Sampel ialah
bagian dari populasi yang menjadi suatu objek penelitian. Hasil pengukuran atau
karakteristik dari sampel disebut dengan “Statistik”.
Terdapat
alasan pentingnya pengambilan sampel ialah sebagai berikut :
1.
Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2.
Lebih cepat dan lebih mudah.
3.
Memberikan informasi yang lebih banyak dan dalam.
4.
Dapat ditangani lebih teliti.
Sampel juga
sebagian dari populasi, sebab sampel bagian dari populasi dan sampel pasti mempunyai
ciri-ciri seperti populasi. Suatu sampel merupakan representasi yang baik bagi
populasinya tergantung pada sejauhmana karakteristik sampel tersebut sama
dengan karakteristik populasinya. Sebab analisis penelitian didasarkan pada
data sampel, sedangkan kesimpulannya kemudian akan diterapkan pada populasi,
sehingga sangatlah penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi
populasinya. Untuk itulah diperlukan pemahaman mengenai teknik pengambilan
sampel yang tepat.
Dalam
hubungan populasi dan sampel Prof. Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa sampel ialah
sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian, agar
lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti dengan istilah subyek dan
objek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau mencerminkan
populasi secara maksimal tapi meskipun mewakili, sampel bukan merupakan
duplikasi dari populasi.
Pada umumnya
masalah sampling timbul pada penelitian yang bermaksud sebagai berikut :
Mereduksi
obyek penyelidikannya, disebabkan oleh seringkali penyelidikan tidak
menyelidiki obyek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa melainkan hanya
sebagian saja dari obyek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
Menginginkan
untuk mengadakan generalisasi dari hasil penyelidikannya. Mengadakan
generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan terhadap obyek-obyek gejala atau
kejadian yang lebih luas dari pada gejala atau kejadian yang diselidiki. Bagi
mahasiswa atau seorang yang baru mempelajari metodologi penelitian ditingkat
awal harus menyadari betul bahwa sampel tidak dapat merupakan duplikasi
populasi, sebab ia tidak diperbolehkan untuk berpretensi bahwa suatu sampel
jika telah ditetapkan dengan cara tertentu pasti sudah menjadi suatu cermin
yang sempurna bagi populasi, artinya ia tidak boleh meyakini bahwa sampel tidak
mengalami kesesatan meskipun pengambilannya sudah menggunakan metode-metode
statistik tertentu. Adapun pengertian sampel secara garis besar terdapat
beberapa pengertian sebagai berikut:
a)
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi
sumber data dalam suatu penelitian. Artinya sampel ialah sebagian dari populasi
untuk mewakili seluruh populasi.
b)
Sampel ialah sebagian individu yang diselidiki
c)
Sampel ialah sebagian dari populasi yang karakteristiknya ingin diselidiki.
Jadi dari
beberapa uraian di atas bahwa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak
terhadap populasi, akan tetapi kesimpulan penelitian mengenal sampel akan
digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi akan
membawa risika ketidak tepatan, sebab sampel tidak akan mencerminkan keadaan
populasi secara tepat. Semakin besar perbedaan sampel dengan populasi maka
semakin besar pula kemungkinan kesalahan dalam generalisasinya. Banyak
pertanyaan muncul mengingat hasil penelitian selalu mempertanyakan apakah
penggunaan sampel dapat dikatakan mewakili seluruh populasi, padahal sampel
hanya sebagian kecil dari keseluruhan populasi. Sebab seseorang yang tidak
memahami cara kerja metodologi penelitian dan statistika cenderung tidak
percaya. Sebagai akibatnya banyak pengambilan keputusan yang ingin memuaskan
ketidak percayaan tersebut dengan mengambil data dari seluruh populasi.
Meskipun seluruh populasi diterapkan sebagai responden, maka teknik yang
digunakan adalah sensus. Dengan teknik sensus maka akan membutuhkan biaya yang
mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang cukup lama. Sifat sensus yang seperti
diatas tidak peraktis untuk pengambilan keputusan yang bersifat terbatas.
Perhatikan kasus poling percalonan presiden dengan amerika serikat yang
menunjukkan hasil poling pendapatan umum. Rata-rata setiap pengambilan sampel
hanya terdiri dari 1000 orang yang respondennya menunjukkan hasil yang sama
dengan saat diadakan pemilihan umum (sensus). Kenyataan ini menunjukkan bahwa
faliditas sampel yang tepat prosedurnya dapat dipercaya dan hasilnya sama
dengan pendapat masyarakat pada umumnya. Uraian tersebut memperkuat argumen
yang diperlukannya sampel dalam penelitian, mengingat seorang peneliti tidak
mungkin menanyakan seluruh populasi sebagai responden. Dengan melihat kendala
biaya dan waktu penelitian yang tersedia mendorong para peneliti menggunakan
pendekatan sampel. Persoalannya ialah bagaimanan merumuskan kebijakansampel
yang memenuhi persyaratan agar sampel benar-benar mewakili keseluruhan anggota
populasi.
Adapun
sampel yang baik harus mengandung dua kreteria yaitu kecermatan (Accuraty)
dan ketepatan (Precision). Kedua criteria ini sangatlah penting sebagai
pertimbangan pengambilan sampel agar dapat mewakili keseluruhan populasi yang
ada. Unsur kecermatan dalam pengambilan sampel dimaksudkan terhadap sesuatu
yang diambil oleh sampel tidak mengandung bias. Maksudnya, sampel tidak akan
memberikan reaksi yang terlalu berlebihan ataupun kurang. Jadi sampel dapat
mewakili populasi secara wajar. Reaksi yang berlebihan dapat timbul sebab
responden mempunyai kepentingan, sehingga memberikan tanggapan yang berlebihan.
Sebaiknya populasi yang disampaikan oleh responden menjadi sangat kurang sebab
responden takut atau tidak berminat. Kreteria ketepatan mengandung arti sampel
yang diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi. Sehingga aspek
ketepatan ini mengandung pengukuran standar yang dapat ditoleransi terhadap
kemungkinan kesalahan pengambilan sampel.
B.
Pengertian Penelitian
Penelitian
adalah proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter formal
dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara
penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan
proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggung jawabkan,
memecahkan problem malalui hubungan sebab dan akibat, dapat diulang kembali
dengan cara yang sama dan hasil sama.
Pengertian
Penelitian
menurut Kerlinger (1986) adalah proses penemuan yang mempunyai karakteristik
sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau
jawaban sementara. Beberapa karakteristik penelitian sengaja ditekankan oleh
kerlinger agar kegiatan penelitian memang berbeda dengan kegiatan profesional
lainnya. Penelitian berbeda dengan kegiatan yang menyangkut tugas-tugas
wartawan yang biasanya meliput dan melaporkan berita atas dasar fakta.
Pekerjaan mereka belum dikatakan penelitian, karena tidak dilengkapi
karakteristik lain yang mendukung agar dapat dikatakan hasil penelitian, yaitu
karakteristik mendasarkan pada teori yang ada dan relevan dan dilakukan secara
intensif dan dikontrol dalam pelaksanaannya.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian
adalah sauah seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan
metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol dan mendasarkan pada
teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada.
C.
Jenis-jenis Penelitian
1.
Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu
bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan,
dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata,
2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan
yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Fenomena
disajikan secara apa adanya hasil penelitiannya diuraikan secara jelas dan
gamblang tanpa manipulasi oleh karena itu penelitian ini tidak adanya suatu
hipotesis tetapi adalah pertanyaan penelitian. Analisis deskriptif dapat
menggunakan analisis distribusi frekuensi yaitu menyimpulkan berdasarkan hasil
rata-rata. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan
dengan melakukan penelitian analitik. Jenis penelitian yang termasuk dalam
kategori deskriptif adalah studi kasus dan penelitian surey.
2.
Penelitian Studi Kasus
Studi kasus
merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian
secara intensif; Misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas atau
institusi. Meskipun jumlah subyek cenderung sedikit, jumlah variabel yang
ditiliti sangat luas. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui semua
variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian. Penggalian data dapat
melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Deskripsi dari
studi kasus tergantung dari keadaan kasus tetapi tetap mempertimbangkan waktu.
Keuntungan yang peling besar dari desain ini adalah pengkajian secara rinci
meskipun jumlah dari responden sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit
subyek secara jelas. Misalnya, studi kasus tentang asuhan keperawatan pasien
dengan typoid di RS. Peneliti akan mengkaji variabel yang sangat luas dari
kasus diatas mulai dari menemukan masalah bio-psiko-sosio-spiritual.
3.
Penelitian Survey
Penelitian survey
adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan
kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei
merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala
suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan
untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan
hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi,
survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan,
pendapat, perilaku, dan nilai. Penggalian data dapat melalui kuisioner,
wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner
dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun
dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga
melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari
survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat
dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali
cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan
lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap. Pada umumnya survei
menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei menganut aturan
pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya
mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud
penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory)
yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi,
prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian
operational dan pengembangan indikaor-indikator social.
4. Penelitian
Hubungan/korelasional (minimal 2 variabel penelitian).
Penelitian
korelasional dimaksudkan untuk mencari atau menguji hubungan antara variabel.
Peneliti mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkenalkan, menguji
berdasarkan teori yang ada. Desain yang sering digunakan adalah cross-sectinal.
Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti variasi variabel yang lain. Dengan demikian, dalam rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (H1) yang berbunyi ”Ada hubungan antara variabel x dan y” dan hipotesis nol (HO) yang berbunyi ” Tidak ada hubungan antara variabel x dan y”. Skema Penelitian Deskriprif Korelasional Variabel X -----------Variabel Y Interpretasi Hub. Penilaian dari interpeasi ini adalah semakin mendekati nilai positif atau negatif satu (-/+ 1) adalah semakin signifikan atau semakin erat hubungannya. Nilai ( + 1 )berarti semakin tinggi nilai variabel x semakin tinggi
Nilai variabel y dan Nilai( - 1) berarti semakin rendah nilai vari abel x semakin rndah pula nilai variabel y nya.
Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti variasi variabel yang lain. Dengan demikian, dalam rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (H1) yang berbunyi ”Ada hubungan antara variabel x dan y” dan hipotesis nol (HO) yang berbunyi ” Tidak ada hubungan antara variabel x dan y”. Skema Penelitian Deskriprif Korelasional Variabel X -----------Variabel Y Interpretasi Hub. Penilaian dari interpeasi ini adalah semakin mendekati nilai positif atau negatif satu (-/+ 1) adalah semakin signifikan atau semakin erat hubungannya. Nilai ( + 1 )berarti semakin tinggi nilai variabel x semakin tinggi
Nilai variabel y dan Nilai( - 1) berarti semakin rendah nilai vari abel x semakin rndah pula nilai variabel y nya.
5.
Jenis Penelitian Komparasi/ Perbedaan
Penelitian
komparasi atau perbedaan adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
membedakan atau membandingkan hasil penelitian antara dua kelompok penelitian.
Ada dua hal kelompok penelitian yaitu dua kelompok penelitian yang berbeda dan tidak saling berhubungan dan dua kelompok penelitian yang saling berhubungan.
Analisis yang digunakan adalah:
Ada dua hal kelompok penelitian yaitu dua kelompok penelitian yang berbeda dan tidak saling berhubungan dan dua kelompok penelitian yang saling berhubungan.
Analisis yang digunakan adalah:
1. Analisis T.
Test, Analisis Wilcoson atau mc nemar analisa ini digunakan untuk uji beda dua
kelompok untuk data interval , rasio, dua kelompok yang berbeda tidak saling
berhubungan (independent-sampel T test).
2. Analisis
Paired t test, Jika dua kelompok mempunyai anggota yang sama dan mempunyai
korelasi maka dipergunakan uji sampel berpasangan .
6.
Jenis Penelitian pengaruh
Penelitian
ini ditujukan untuk menguji variabel independen terhadap variabel dependen. Karakteristik
desain pengaruh adalah sebagai berikut:
1. variable
independent menentukan intensitas variabel dependen.
2. Dapat
dijelaskan mekanisme perubahannya, (Tetapi) bukan sebagai penyebab (causation)
3. Jenis desain
yang dipergunakan adalah eksperimental yaitu
a) True
Expeimental (satu kelompok tidak dilakukan intervensi)
b) Quasy
Experimental (satu kelompok dilakukan intervensi sesuai dengan metode yang
dikehendai, kelompok lainnya dilakukan seperti biasanya)
c) Pre-Experimental:
post only; pre-post. Satu kelompok dilakukan intervensi X dan kelompok lain
dilakukan intervensi Y.
D. Penentuan
Sampel.
Penentuan
sampel sangatlah penting perannya dalam penelitian. Berbagai penentuan sampel
pada hakikatnya ialah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sampel ke
populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang representative.
Artinya sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya. Terdapat empat factor
yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yang harus di ambil
sehingga dapat di peroleh gambaran yang representatif dari populasinya.
Keempat factor ialah sebagai berikut :
1.
Tingkat keseragaman (Degree Of Homegeneity) dari populasi. Sehingga
Homogeny populasi itu makin kecil sampel yang perlu diambil.
2.
Tingkat presisi yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi tingkat presisi
yang dikehendaki makin besar anggota sampel yang harus diambil. Semakin besar
sampel akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat.
3.
Rencana analisis yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Terkadang
besarnya sampel masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin
diperlukan sampel yang lebih besar.
4.
Teknik penentuan sampel yang digunakan. Penentuan ukuran sampel dipengaruhi
oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Apabila teknik yang digunakan
tepat atau sesuati maka kerepresentatifan sampel juga terjaga. Teknik ini juga
tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan.
Akan tetapi
harus diketahui bahwa dalam masalah sampel ada yang disebut : Biased Sample :
yaitu sampel yang tidak mewakili populasi, atau disebut juga dengan “Sampel
yang nyeleweng” sedang pengambilan sampel yang menghasilkan sampel yang
neleweng disebut : Biased Sampling. Biased Sampling ialah pengambilan
sampel yang tidak dari seluruh populasi saja, tapi generalisasinya dikenakan
kepada seluruh populasi. Sebagai contoh misalnya : mengadakan penelitian
tentang penghasilan rata-rata orang Indonesia, hanya diambil sampel yang kaya
raya saja, ataupun hanya yang miskin saja. Dengan sendirinya akan mengakibatkan
adanya kesimpulan yang nyeleweng atau disebut Biased Conclusion.
Terdapat beberapa alasan tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan
atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hamper
selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal yang sebenarnya mau
diteliti. jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap
populasi. Akan tetapi kesimpulan penelitian mengenai sampel akan dikenakan atau
digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi
mengandung risiko yang terdapat kekeliruan atau ketidak tepatan, sebab sampel
tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Semakin tidak sama
populasi dengan sampel maka semakin tidak besar kemungkinan kekeliruan dalam
generalisasi tersebut. Sebab hal itu teknik penentuan sampel menjadi sangat
penting perannya dalam sebuah penelitian. Beberapa penentuan penelitian sampel
itu pada hakikatnya ialah cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari
sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang
representative, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya. Diantara
berbagai penentuan sampel yang dianggap paling baik ialah penentuan sampel
secara rambang (Random Sampling). Kebaikan teknik ini tidak hanya
terletak pada teori yang mendasarinya, tapi juga pada bukti-bukti empiris.
Perkembangan teknologi computer telah memungkinkan orang melakukan berbagai simulasi
untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara rambang. Dalam
penentuan sampel secara rambang semua anggota populasi. Secara individual atau
secara kolektif diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat
untuk mengambil sampel secara rambang yang paling praktis (dan dianggap paling
valid juga) ialah dengan menggunakan table bilang rambang apabila besarnya
populasi terbesar, peluang rambang dapat diberikan kepada anggota-anggota
populasi secara individual. Akan tetapi apabila populasi tersebut sangat besar,
sebaiknya peluang rambangnya diberikan terhadap anggota-anggota populasi secara
kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan rambang individual. Meskipun
teknik pengambilan sampel secara rambang itu merupakan teknik yang terbaik,
tapi tidak selalu dapat dilaksanakan, sebab berbagai alasan. Terkadang orang
terpaksa puas dengna sampel rumpun (Cluster Sampel), sebab rumpun-rumpun
yang merupakan kelompok individu yang tersedia sebagai unit dalam populasi.
Penelitian mengenai murid sekolah biasanya tidak dapat menggunakan teknik
pengambilan sampel secara rambang, melainkan harus secara rumpun. Sehingga
mendapatkan peluang sama untuk menjadi sampel bukan murid secara individual,
melainkan sekolah (murid secara kelompok).
Sering kali
terjadi sampel yang diambil dari rumpun yang telah ditentukan atau tersedia.
Hal yang sedemikian disebtu penetuan sampel secara bertingkat (Stratifed
Sampling). Apabila dari kelompok yang tersedia diambil sampel yang
sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara rambang, maka
teknik tersebut disebut pengambilan sampel secara rambang proporsional (Proportional
Random Sampling).
Seperti
telah disebutkan tujuan berbagai teknik penentuan sampel itu ialah untuk
mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau secara teknik
disebut sampel yang paling representative. Dalam penelitian terhadap sampel
ciri represemtativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan,
melainkan halnya dapat didekati secara metodologis melalui parameter-paremeter
yang diketahui dan diakui baik secara teoritis meupun secara eksperimental.
Terdapat empat parameter yang biasa dianggap menentukan Representativeness suatu
sampel, yaitu :
a)
Variable lintas populasi.
b)
Besar sampel.
c)
Teknik penentuan sampel.
d)
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Variabilitas
populasi dari keempat parameter tersebut merupakan hal yang sudah “Given” yaitu
penelitian harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau
memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak demikan halnya penelitian
dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk meningkatkan taraf Representativeness
sampel.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Pada
dasarnya terdapat dua macam teknik pengambilan sampel, yaitu teknik Random dan
Non Random. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat keduanya
untuk melaksanakan penelitian sampling, sebagai berikut :
1.
Teknik Random Sampling.
Teknik Random
sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam
populasi, baik secara individual atau bekelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel
secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan
didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab
dipandang sebagai teknik sampling paling baik dalam sebuah penelitian. Sampel
yang diperoleh secara rambang lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental
sampel yang diperoleh secara insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan
prinsip ilmiah yang baik.
Dalam
praktek produser Random sampling meliputi :
a)
Cara undian.
Pengambilan
sampel secara undian ialah seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1)
Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek, peristiwa atau kelompok yang
akan diselidiki.
2)
Memberi kode yang berupa angka-angka untuk semua yang akan diselidiki dalam
nomor 1.
3)
Menulis kode tersebtu masing-masing pada selembar kertas kecil.
4)
Menggulung setiap kertas kecil berkode tersebut.
5)
Memasukkan gulungan-gulungan kertas tersebut dalam kaleng atau tempat sejenis.
6)
Mengocok baik-baik kaleng tersebut.
7)
Mengambil satu persatu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
b)
Cara ordinal.
Cara ini
dilakukan dengan memilih nomor-nomor genap, gasal, atau kelipatan tertentu.
Langkahnya ialah : Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek peristiwa
atau kelompok yang akan diselidiki lengkap dengan nomor urutnya. Mengambil
nomor-nomor tertentu. Misalnya nomor-nomor gasal semua atau genap semua atau
nomor-nomor kelipatan.
c)
Cara radomisasi dari table bilangan Random.
Cara ini
menentukan para peneliti untuk memilih anggota sampel dengan langkah :
1)
Membuat daftar nomor dan nama subyek.
2)
Membuat table yang berisi nomor-nomor subyek.
3)
Menjatuhkan pencil secara sembarang pada petak-petak tebal yang berisi
nomor-nomor sampai diperoleh sebanyak anggota sampai yang dibutuhkan.
2.
Teknik Non Random Sampling.
Teknik Non
Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota
populasi yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih
menjadi sampel. Penelitian pendidikan, psikologi, adakalanya menggunakan teknik
ini, sebab mempertimbangkan factor tertentu, misalnya umur, tingkat kedewasaan,
tingkat kecerdasan dan lainnya.
a)
Macam-macamnya.
Semua teknik
sampling yang tidak tergolong dalam random sampling adalah tergolong dalam
jenis teknik sampling non random. Macam-macam sampling dalam non random
sampling ialah :
1)
Proportional sampling.
2)
Stratified sampling.
3)
Purposive sampling
4)
Quota sampling.
5)
Double sampling.
6)
Area probabilitu sampling.
7)
Cluster sampling.
Penjelasannya.
Untuk
menjelaskan masing-masing teknik sampling tersebut akan diutarakan
berturut-turut sebagai berikut :
a.
Teknik proporsional sampling.
Teknik ini
menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan
memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut.
Cara ini
dapat memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan
dari pada apabila tanpa memperhitungkan besar kecilna sub populasi dan setiap
sub populasi.
b.
Teknik Stratifiet Sampling.
Teknik ini
biasa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok yang
bertingkat-tingkat.
Penelitian
pendidikan sering menggunakan teknik ini, misalnya apabila meneliti
tingkat-tingkat pendidikan tingkat kelas.
Langkah-langkahnya
ialah :
1>
Mencatat banyaknya tingkatan yang ada dalam populasi.
2>
Menentukan jumlah tingkatan pada sampel berdasarkan proporsional sampling.
3>
Memilih anggota sampel dari masing-masing tingkatan pada (a) dengan teknik
Proporsional atau Proporsional Random Sampling.
c.
Teknik purposive sampling.
Teknik ini
berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai
sangkut paut era dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada
atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.
d.
Teknik Quota Sampling.
Teknik ini
menghendaki pengambilan sampel dengan mendasarkan diri pada Quotum (di
Indonesia = kotum). Peneliti harus terlebih dahulu menetapkan jumlah subyek
yang akan diselidiki. Subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk
menetapkan kriteria sampel.
Ciri pokok
dalam quota sampling ialah abahwa jumlah subyek yang telah ditetapkan akan
terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini ialah para petugas pengambil sampel
kurang terawasi apakah kriteria-kriteria dalam populasi sudah tercermin dalam
sampel, sebabnya teknik ini kurang disukai.
e.
Teknik double sampling
Teknik doubel
sampling ialah pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar, yaitu
sampel yang diperoleh secara angket (terutama angket yang diperoleh melalui
pos). Dari cara itulah terdapat angket yang kembali dan tidak kembali.
Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak kembali
dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua ini berfungsi menceksampling
pertama (yang angketnya kembali).
f.
Tektik area probability sampling.
Teknik ini
menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area
(daerah-daerah) yang ada pada populasi. Yaitu daerah yang ada pada populasi di
bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil.
g.
Teknik cluster sampling.
Teknik ini menghendaki
adanya kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada
pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok, kemudian tersebut
dicerminkan dalam sampel. Perlu digaris bawahi bahwa dalam suatu penelitian
seseorang boleh menggunakan teknik area probability sampling sedang dalam
menentukan obyeknya digunakan teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area
probability – random sampling.
F. APLIKASI
PENGAMBILAN SAMPEL DALAM PENELITIAN
Pengaplikasian Random Sampling
dan Randon Non Sampling.
1. Membuat
table bilangan Random.
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
2. Pensil jatuh
pada nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 nomor-nomor itulah yang dijadikan sampel.
Terbatas
dari terbatas atau tidaknya populasi, maka Random sampling dibedakan
menjadi Random sampling tak terbatas, yaitu populasinya yang sudah
terdaftar secara keseluruhan tanpa pilih-pilih berkesempatan menjadi angota
sampel, tanpa menggunakan syarat tertentu. Oleh sebab itu disebut dengan Random
sampling tidak bersyarat. Sedangkan yang lain disebut Random
sampling terbatas atau Random sampling bersyarat. Yaitu pengambilan
sampel yang bukan dari seluruh daerah atau cluster populasi.
3. Contoh proposal random sampling
ialah Penelitian mengambil 50 (lima puluh) anak pandai dan 50 (lima puluh) anak
bodoh dengan mendasarkan pada tingkat IQ mereka, maka perbandingan kedua
kelompok tersebtu disertai dengan teknik Random, adakalanya tidak.
Apabila teknik proporsional sampling disertai Random maka disebut
proporsional Random sampling.
4. Contoh Stratifiet Sampling
ialah Penelitian untuk mengetahui prestasi belajar rata-rata suatu SMP, maka
sampelnya ialah murid kelas 1 kelas 2 dan kelas 3.
5. Contoh purposive sampling ialah
Penelitian mengenai pendapat masyarakat untuk pengembangan pendidikan luar
biasa (PLB) atau yang sekarang juga diberi istilah pendidikan khusus. Mengambil
sampel subyek masyarakat tersebut memiliki ciri yang berbeda. Sampel yang
diperoleh dengan teknik ini desebut Purposive sampel.
6. Contoh double
sampling Pengambilan sampel pada Cross Validitas sampel pertama
menggunakan jumlah anggota yang lebih besar dan pada sampel kedua yang
berfungsi sebagai alat control. Sampel yang diperoleh dengan teknik ini disebut
kembar (Double sampel).
7. Contoh area probability sampling
ialah Meneliti masyarakat kota solo mengambil sampel daerah pinggiran kota dan
daerah tengah kota. Untuk mewakili daerah tengah kota misalnya daerah
kelurahan, keprobon, kauman, dan lainnya. Untuk mewakili daerah pinggiran kota
misalnya daerah kelurahan, kadipiro, kauman dan lainnya.
8. Contoh cluster sampling
Pengambilan sampel untuk meneliti mesyarakat solo misalnya, maka masyarakat
solo dikelompokkan : pegawai, kariawan, pedagang, petani, dan lainnya. Demikian
telah dijelaskan macam-macam teknik sampling dari penjelasan singkat tersebut
diharapkan peneliti dapat memilih teknik yang sesuai.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1) Sampel ialah
bagian dari populasi yang menjadi suatu objek penelitian. Hasil pengukuran atau
karakteristik dari sampel disebut dengan “Statistik”.
2) Penelitian adalah sauah seseorang yang
dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya
observasi secara sistematis, dikontrol dan mendasarkan pada teori yang ada dan
diperkuat dengan gejala yang ada.
3) Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia
4) Teknik Random
sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam
populasi, baik secara individual atau bekelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel
5) Teknik Non
Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota
populasi yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih
menjadi sampel. Penelitian pendidikan, psikologi, adakalanya menggunakan teknik
ini, sebab mempertimbangkan factor tertentu, misalnya umur, tingkat kedewasaan,
tingkat kecerdasan dan lainnya.
B. Saran
Agar makalah
ini lebih sempurna dimohon agar dapat dikritik kekurangan dari makala ini.
Terimah kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin
azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offeset, 2004)
Cholid
Narbuko dan Abu Achamad, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Bumi
Aksara, 1997)
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023808-pengertian-penelitian-ilmiah-dan-non/diunduh hari sabtu
pukul 23.30.
Diunduh hari sabtu pukul 23.34